Farbenfeuerband.com – Tidak banyak musik rakyat jamaika atau musik tradisional yang mendunia layaknya reggae.
Peneliti Matthew Sherman menyatakan di laman debate.uvm.edu , reggae populer karena ditebarkan secara spontan berdasarkan pengalaman, emosi dan tradisi orang-orang.
Sejak kelahirannya, reggae merupakan wahana emosional rakyat Jamaika untuk mengekspresikan kehidupan, cinta dan religi.
Musiknya populer dengan sendirinya tanpa keterlibatan pasar multinasional, awak pers, dan pakar.
“Reggae lebih dari sekadar musik,” Sherman menuliskan.
“Reggae adalah gaya hidup warga Jamaika dan penjuru dunia.”
Musik ini tergolong hiburan soulful yang memiliki kekuatan sosial dan lirik yang mengandung pesan-pesan kuat.
Reggae mengakar dari konfrontasi dan kerja keras.
Berbasis pada kebebasan dan pantang menyerah.
Ada kalanya para politisi Jamaika menggunakan reggae sebagai bagian kampanye mereka.
Reggae membuat orang-orang berguyup secara spontan dan suka rela.
Musik asal Jamaika ini sudah dikenal sejak lima abad silam saat Columbus menguasai Indian Arawak di Amerika Selatan.
Periode tersebut ditandai kedatangan bangsa Spanyol, disusul Inggris, di kawasan yang merupakan bagian Karibia ini.
Pada saat yang sama, budak asal Afrika rakyat jamaika di datangkan oleh kolonial Inggris. Sejatinya, Jamaika telah merdeka sejak 1963.
Namun problem ketidakadilan terus membayangi negeri ini. Reggae sedikit banyak merefleksikan jeritan ketidakadilan ini.
Musik reggae mengandung makna ganda. Bisa bermakna musik yang populer di Jamaika sejak 1960-an, bisa juga mengacu irama yang populer di Jamaika era 1970-1980-an.
Empat kawasan Jamaika memiliki empat musik yang memiliki keunikan tersendiri.
Keempatnya, yaitu ska, rocksteady, reggae dan dancehall, yang memiliki irama, gaya dan periode masing-masing.
Di luar dancehall, dikenal istilah dub atau ragga yang mengacu bebunyian bass dan drum. Seiring waktu, gaya dan bentuk iramanya
Sampai Saat Ini Musik Reggae Menjadi Sejarah Terbesar
“Nama dan gaya reggae berubah selama bertahun-tahun, namun tradisi dan tujuannya tetap sama,” kata Sherman.
Reggae terus berkembang dan orang-orang di dunia tertarik untuk turut menyimak dan mengembangkannya.
Yang menakjubkan, negara kecil seperti Jamaika mampu menyebarkan musiknya ke seantero dunia, tanpa bantuan pihak-pihak berpengaruh atau berkantong tebal.
Banyak negara terinspirasi reggae.
Orang-orang Jerman, misalnya, menyanyikan Three Little Birds milik Bob Marley selama berjam-jam saat merobohkan Tembok Berlin.
Tak ada negara yang musik lokalnya berdampak luas sebagaimana Jamaika dan reggae-nya.
Toots and the Maytals disebut-sebut sebagai pengusung reggae tertua di Jamaika pada awal 1960-an.
Marley adalah salah satu penggemarnya.
Hingga akhirnya si penggemar menjadi penyanyi dan penulis lag reggae terpopuler sepanjang masa.
BACA JUGA